Jumat, 24 Juni 2011

Nasihat Supaya Jangan Memasuki Perkara yang Tidak Bermanfaat

Oleh: Al Ustadz Dzulqarnain bin Muhammad Sunusi

Orang yang belajar pendidikan agama kadang ia masuk ke dalam perkara yang tidak ada manfaatnya tanpa ia sadari. Dan lebih parah lagi apabila ia masuk ke dalam sebuah perkara yang merupakan makar dari syaithan. Dan di masa ini banyak sekali terjadi di antara para penuntut ilmu, dan ini diingatkan oleh para ulama kita di masa ini.

Makna-makna ini kita dengarkan dari Syaikhuna Muqbil rahimahullâh, Syaikhuna Shalih Al Fauzan hafizhahullâh, Syaikhuna Mufti Saudi Arabia sekarang ini, ‘Abdul ‘Aziz Alu Syaikh hafizhahullâh, Syaikhuna Rabi’ bin Hadi Al Madkhali hafizhahullâh, Syaikhuna Syaikh ‘Ubaid Al Jabiri hafizhahullâh, Syaikhuna Syaikh Ahmad bin Yahya An Najmi rahimahullâh; Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al Madkhali hafizhahullâh, dan banyak lagi dari para ulama kita di masa ini. Semuanya memperingatkan, agar penuntut ilmu di mana pun ia berada berhati-hati dari makar syaithan yang ingin membuat perpecahan di tengah para penuntut ilmu. Dan banyak mereka mengingatkan hadits Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa alihi wasallam yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari hadits Jabir bin ‘Abdillah radhiyallâhu ‘anhu,

إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ أَيْسَ أَنْ يَعْبُدَهُ الْمُصَلُّوْنَ فِيْ جَزِيْرَةِ الْعَرَبِ وَلَكِنْ بِالتَّحْرِيْشِ بَيْنَهُمْ.

“Sesungguhnya syaithan itu sudah berputus asa untuk membuat/menjadikan orang-orang yang sholat di Jazirah Arab menyembahnya, akan tetapi makar yang dilakukan oleh syaithan, ia mengadu domba di antara mereka.”

Karena itulah ikhwani fillâh, hal yang tidak ada manfaatnya, seorang mukmin jangan masuk ke dalamnya. Hal yang ia tidak ada hak berbicara di dalamnya, maka hendaknya ia bertaqwa kepada Allah subhanahu wa ta’âlâ. Sebab setiap apa yang diucapkan oleh lisan itu akan dihisab dan dipertanggungjawabkan. Bahkan kadang sebuah ucapan, ia harus mempertanggungjawabkannya dengan pertanggungjawaban yang sangat besar pada hari kiamat.

Kita semua tahu bahwa Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadits Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari dan Imam Muslim,

إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ لاَ يَتَبَيَّنُ فِيْهَا يَزِلُّ بِهَا إِلَى النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغُرِبِ

“Sesungguhnya seorang lelaki berbicara dengan sebuah kalimat, dia tidak perjelas kalimat tersebut (apa akibatnya?), kalimat ini menjatuhkan dia ke dalam neraka Jahannam sejauh Timur dan Barat.”

Sejauh Timur dan Barat! Wal iyâdzu billâh.

Dan di hari-hari ini betapa banyak orang-orang yang mengucapkan kalimat-kalimat, dia tidak menyangka bahwa kalimat ini berbahaya, tersebar sampai ke pelosok negeri ke berbagai penjuru, menimbulkan berbagai macam perselisihan, perpecahan, ditunggangi oleh syaithan, sehingga membuat ahlul bid’ah dan ahlul munkarot bergembira dengannya, sedangkan dia tidak menyadarinya.

Karena itu, hendaknya setiap orang bertaqwa kepada Allah subhanahu wa ta’âlâ. Dan ia mengingat bahwa hidup ini punya arti, punya makna. Ada hal yang diprioritaskan, ada hal yang hendaknya kita jaga, senantiasa kita renungi. Jangan kita masuk ke dalam sebuah perkara—yang demi Allah—kita tidak ditanya tentang hal tersebut di alam kubur. Kita tidak akan dimintai pertanggungjawaban pada hari Kiamat tentang hal itu. Hendaknya kita mengurus perkara-perkara yang kita harus pertanggungjawabkan di depan Allah subhanahu wa ta’âlâ.

(Ditranskrip dengan penyempurnaan redaksi oleh Muhammad Syarif Abu Yahya dari rekaman dauroh di Masjid Al Fithroh, Terban, Yogyakarta, 30 Dzulhijjah 1430 H/17 Desember 2009

2 komentar: