Minggu, 20 Maret 2011

MANHAJ SALAFY TIDAK BUTUH KAEDAH BARU

Berkata al Imam Abu Bakr Abdulloh bin al Imam Abu Dawud As Sijistaniy rohimahulloh :
تمسك بحبل الله واتبع الهـدى *** ولا تك بدعيا لعلك تفلـح
ودن بكتاب الله والسنن التي *** أتت عن رسول الله تنجو وتربح
[ berpeganglah dengan tali Alloh dan ikutilah petunjuk
Serta jangan kamu menjadi ahlil bid’ah, semoga kamu beruntung
Dan beragamalah dengan Kitabulloh serta sunnah – sunnah
Yang datang dari Rasululloh, niscaya kamu selamat dan beruntung ]
Penjelasan : Berkata Al ‘Allamah Sholih Al Fauzan hafidzohulloh menjelaskan sajak diatas : “ Jika kamu menginginkan keberuntungan maka wajib atasmu tiga perkara ini yaitu :
(1) berpegang dengan Kitabulloh (2) mengikuti petunjuk (3) menjauhi berbagai bid’ah.
Namun jika kamu meninggalkan salah satu saja dari tiga kewajiban diatas maka sesungguhnya kamu akan rugi dan tidak akan beruntung selama – lamanya …” [ Syarhul Mandzumah Al Haiyyah ( 56 ) ].

Berkata Syaikhul Islam Ibnul Qoyyim rohimahulloh :

إن رمت تبصر ما ذكرت فغض طر *** فا عن سـوى الآثار والقرآن
[ Jika kamu menginginkan untuk melihat kepada apa yang kusebut
Maka tundukkan pandanganmu dari selain al Atsar dan al Qur’an ]
Penjelasan : Berkata Al ‘Allamah Sholih Al Fauzan hafidzohulloh : “ artinya jika kamu menginginkan untuk sampai kepada hidayah maka jangan kamu menelaah kecuali kepada Al Qur’an dan As Sunnah …” [ Ta’liq Mukhtashor ‘Alal Kafiyah ( 1008 ) ].
Berkata Al Imam Ahmad bin Hambal Rohimahulloh : “ Pokok – pokok dasar As Sunnah menurut kami adalah berpegang dengan perkara yang diatasnya para sahabat Rosul Sholallohu ‘alaihi Wasallam, meneladani mereka, meninggalkan berbagai bid’ah sebab setiap bid’ah adalah kesesatan dan meninggalkan perdebatan dalam dien ini juga meninggalkan bermajelis dengan para pengekor hawa nafsu ”.[ Ushulus Sunnah riwayat Abdoos bin Malik Al ‘Athor ]
Berkata Al Imam Abu Muhammad Al Barbahariy rohimahulloh : “ Dan wajib atas kamu berpegang dengan Al Atsar dan meneladani Ahlul Atsar, hanya kepada mereka sajalah hendaknya kamu bertanya dan hanya bersama mereka sajalah hendaknya kamu bermajelis serta hanya dari mereka sajalah hendaknya kamu mengambil ilmu ”. [ Syarhus Sunnah ( 18 ) ].
Beliau rohimahulloh juga menegaskan : “ Dan siapa saja yang mencukupkan diri diatas Sunnahnya Rosululloh Sholallohu ‘alaihi Wasallam serta perkara yang diatasnya para sahabat beliau dan Al Jama’ah niscaya dia akan selamat dari ahlil bida’ seluruhnya dan badannyapun akan tenang serta diennya akan selamat insyaAlloh …”.[ Syarhus Sunnah ( 16 ) ].
Faedah : Al Atsar maksudnya adalah wahyu atau dalil – dalil sam’iy yaitu Al Qur’an dan As Sunnah sebagaimana dijelaskan oleh Asy Syaikh Ibnul Utsaimin rohimahulloh dalam Syarh As Safariniyyah.
Perhatikanlah Rohimakumulloh ! Kaedah Asasi dalam manhaj salafy diatas dan waspadalah dari berbagai kaedah baru yang hakekatnya ia adalah bid’ah yang sama sekali tidak dibutuhkan dalam dien kalian !.
Berkata Al ‘Allamah Sholih Al Fauzan Hafidzohulloh : “ Sebagaimana halnya Alloh membenci bid’ah – bid’ah berikut pelaku dan ahlinya serta Dia memberikan sanksi atasnya, maka tidak ada celah untuk berbagai tambahan dan penambahan juga berbagai perkara yang dianggap bagus serta mengekor keadaan orang sehingga kita mengetahui dalil mereka, jika mereka diatas kebenaran maka kita mengikuti mereka, Alloh berfirman :

Terjemahannya : { dan aku mengikuti jalannya Ibrohim, Ishaq dan Ya’qub } [ Yusuf : 38 ]
Ittiba’ ini adalah mengikuti kebenaran, adapun jika mereka tidak diatas kebenaran maka kita tidak mengikuti mereka walaupun mereka adalah orang yang afdhol ”. [ Syarhul Mandzumah Al Haiyyah ( 53 ) ].
Berkata Syaikhul Islam Ibnul Qoyyim Rohimahulloh memaparkan syarat – syarat dicapainya kecukupan dengan wahyu Al Qur’an dan As Sunnah, diantaranya adalah :

وكـذاك مشروط بهدم قواعد *** مـا أنزلت ببيانها الوحيان
[ Demikian pula disyaratkan untuk menghancurkan kaedah – kaedah
Yang tidak diturunkan penjelasannya dalam kedua wahyu tersebut ]
Penjelasan : Berkata Al ‘Allamah Sholih Al Fauzan Hafidzohulloh :
“ Syarat ketiga ; Meruntuhkan kaedah – kaedah ilmu mantiq dan ilmu kalam dimana kamu tidak menoleh sedikitpun kepada kaedah – kaedah tersebut jika kamu menginginkan mendapatkan faedah dari Al Qur’an dan As Sunnah, maka tanggalkanlah kaedah – kaedah mantiq, jangan kamu nilai kaedah – kaedah tersebut sebagai sesuatu yang berharga dan tolaklah ia sekuat – kuatnya ”. Beliau Hafidzohulloh juga menjelaskan : “ Ini adalah kaedah – kaedah mantiqiyyah, ia tidaklah datang dari para Salaf yang sholih dari kalangan sahabat dan tabi’in sebab mereka berjalan diatas petunjuk Al Qur’an dan As Sunnah, namun kaedah – kaedah aqliyah ini muncul tidak lain adalah pasca generasi – generasi yang mulia, ia hanyalah ucapan sifulan atau sifulan ”. [ Ta’liq Mukhtashor Alal Kafiyah ( 1021 – 1026 ) ].
Perhatikanlah sekali lagi Rohimakumulloh ! kaedah – kaedah baru yang dipaksakan masuk dalam manhaj salafy dan diupayakan kebakuannya tidaklah jauh untuk dinilai sebagai kaedah – kaedah mantiq dan kalam sebab semuanya adalah kaedah aqliyyah yang tidak datang penjelasannya dalam Al Qur’an dan As Sunnah.
Semoga Alloh membimbing kita kepada kebenaran dan mengistiqomahkan kita diatasnya hingga ajal menjemput kita. Amin…
Sebagai miskul khitam dalam pengantar ini kita simak wasiat indah dari Al Imam Abu Muhammad Al Barbahariy rohimahulloh berkaitan dengan merebaknya kaedah – kaedah bid’ah dizaman kita yang dipaksakan untuk disalafiyyahkan bahkan dibakukan wallohul musta’an, berkata rohimahulloh : “ Perhatikanlah Rohimakalloh ! setiap orang yang kamu dengar perkataannya terkhusus dari orang – orang yang semasa denganmu. Jangan kamu terburu – buru dan sekali – kali kamu masuk kedalamnya meski sedikit darinya sehingga kamu bertanya dan kamu perhatikan ; adakah seorang dari sahabat atau dari ulama yang mengatakan hal itu ? jika kamu dapati adanya jejak dari mereka tentangnya maka pegangilah dan jangan kamu melampauinya serta jangan kamu mencari pilihan lain darinya sehingga kamu akan tergelincir kedalam neraka !”. [ Syarhus Sunnah ( 17 ) ]

والله أعلم وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وسلم والحمد لله

Penulis : Ust. Abu Unaisah Jabir

Sabtu, 19 Maret 2011

PEMBELAAN TERHADAP ILMU & AHLINYA

Berkata Syaikhul Islam Ibnul Qoyyim rohimahulloh :
لا تنصرَنَّ سوى الحــديث وأهلــه *** هـم عسكر القرآن والإيمــان
[ Jangan engkau bela kecuali hadis dan ahlinya
Mereka adalah pasukan Al Qur-an dan Iman ]
Berkata Al ‘Allamah Sholih al Fauzan hafidzohulloh : “ Jika engkau menginginkan untuk mengetahui yang benar dari berbagai pendapat dan ingin membantah kebatilan maka pegangilah hadis – hadis Rasululloh sholallohu ‘alaihi wasallam sebab padanya terdapat kebenaran, padanya terdapat penjelasan dan padanya terdapat cahaya. Sehingga orang yang membantah berbagai kelompok dengan menggunakan selain Al Qur-an dan As Sunnah niscaya ia tidak akan mampu melakukannya meskipun ia menyangka bahwa dirinya sudah melakukan bantahan. Bantahan hanyalah dihasilkan dengan Al Kitab dan As Sunnah sebab Al Kitab tiadalah mendatanginya kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya sedang apa yang datang dari Rasul sholallohu ‘alaihi wasallam maka beliau sesungguhnya adalah orang yang tidak berbicara dengan nafsu melainkan wahyu yang diwahyukan kepadanya. Akan tetapi urusannya adalah engkau mesti memahami Al Kitab dan As Sunnah sebab tidak setiap orang yang melakukan bantahan dengan Al Kitab dan As Sunnah berarti ia memahami Al Kitab dan As Sunnah. Ahlus Sunnah mereka adalah pasukan Al Qur-an dan As Sunnah yaitu mereka adalah pasukan yang tidak akan terkalahkan, jika mereka bersenjatakan dengan Al Qur-an dan As Sunnah niscaya mereka tidak akan terkalahkan selamanya. Alloh berfirman :
{ وإن جندنا لهم الغالبون } [ الصافات : 173 ]
Artinya : { dan sesungguhnya para tentara kami merekalah orang –orang yang menang } [ Ash Shofat : 173 ].
{ إن حزب الله هم المفلحون } [ المجادلة : 22 ]
Artinya : { sesungguhnya pasukan Alloh mereka itulah orang – orang yang beruntung } [ Al Mujadalah : 22 ]._selesai dari [ Ta’liq Mukhtashor ‘alal Qoshidah An Nuniyyah ( 236 – 237 )].

Penulis : Ust. Abu Unaisah Jabir

Jumat, 18 Maret 2011

MATAN FIKIH RINGKAS MUTA'AKHIRIN

Ulama Hanabilah berlomba dalam berkhidmah kepada umat ini dengan mendekatkan masail madzhab yang shohih dikalangan mereka kepada umat. Mereka menyusun beragam kitab matan fikih ringkas atau yang dikenal dengan mukhtashorot dari sejak zaman al 'Allamah Abul Qosim al Khiroqiy hingga kalangan muta'akhirin ( mereka adalah ulama hanabilah yang datang sepeninggal Al Qodhi Al Munaqqih Al 'Allamah Abul 'Alla' Al Mardawiy penulis kitab Al Inshof, Tanqih Musybi'dll hingga para ulama zaman kita dan sesudahnya ) Jazahumulloh Khoiron.
Diantara mukhtashorot yang masyhur dan berpijak diatas pendapat yang shohih didalam madzhab dikalangan muta'akhirin adalah Dalilut Tholib Linailil Matholib dan Zadul Mustaqni' Fie Ikhtishoril Muqni'.
I. Dalilut Tholib Linailil Matholib
Matan Mukhtashor yang sangat indah dan mena'jubkan menunjukkan akan kuatnya keilmuan penyusunnya. Mukhtashor ini disusun oleh Syaikhul Hanabilah al 'Allamah Yusuf bin Karmiy yang wafat ditahun 1033 H. Beliau asli Thoulkarom wilayah bagian Palestina kemudian pindah keSholihiyyah lalu keMesir diJami' al Azhar.
Penyusun menegaskan didalam muqoddimah : " kemudian ini adalah mukhtashor dalam fikih yang tersusun pada madzhab yang diridhoi yaitu madzhab al Imam Ahmad. Aku berupaya keras didalam menggamblangkannya dalam rangka mengharap ampunan Alloh, Aku juga memperjelas didalamnya perincian hukum - hukum dengan seindah - indah penjelasan. Aku tidak memaparkan didalamnya kecuali apa yang ditegaskan oleh para pakar tashhih dan ma'rifat serta menjadi fatwa dikalangan mereka para pakar tarjih dan penghapal, Aku memberinya nama : Dalilut Tholib Linailil Matholib . . .".
Beliau juga mengisyaratkan bahwa mukhtashor ini beliau ringkas dari kitab pegangan madzhab dikalangan muta'akhirin yaitu kitab Muntahal Irodat Fiil Jam'il Muqni' Wat Tanqih Waz Ziyadat karya al 'Allamah Ibnu Najjar al Hambali rohimahulloh.
Mukhtashor ini mendapat perhatian besar dari para ulama muta'akhirin terutama kalangan Syam dan Hijaz, mereka membuka halaqot untuk mensyarahnya dan sebagiannya tertulis dan tercetak, diantarnya yang terkenal :
1. Nailul Ma'arib Syarh Dalilut Tholib karya Asyaikh Abdul Qodir At Taghlibiy rohimahulloh, tercetak dengan bagus dengan tahqiq oleh Asyaikh Muhammad Sulaiman Al Asyqor rohimahulloh.
2. Manarus Sabil Syarh Dalilut Tholib karya Asyaikh Ibrohim bin Dhowiyyan rohimahulloh, tercetak dengan indah dengan tahqiq oleh Zuhair Syawisy. Syarh ini juga ditakhrij hadits - haditsnya oleh al Muhaddits Al Albaniy rohimahulloh namun beliau banyak mendapat krtitikan yang membangun dari kalangan Hijaziyyin diantaranya dalam kitab Mustadrok Ta'lil oleh DR. Ahmad Al Kholil. Syarah ini juga disarah lagi lebih rinci oleh Abdulloh al Jibrin rohimahulloh namun belum tercetak seluruhnya.
2. Al Mujalla Fil Fiqh yang merupakan gabungan antara dua kitab syarh diatas yang disusun oleh Asy Syaikh Muhammad Al Asyqor rohimahulloh, tercetak dalam 2 jilid.
Adapun matan mukhtashor ini maka tercetak walhamdulillah dengan bagus dengan tahqiq oleh Sulthon Abdurrahman al Ied dan lain oleh Nadzor al Furoyabiy.

Penulis : Ust. Abu Unaisah Jabir

MATAN FIKIH PERTAMA DALAM MADZHAB HANABILAH

Adalah Asy Syaikh Abul Qosim Umar bin Husain al Baghdadiy al Hambaliy yang kemudian dikenal dengan Al Khiroqiy, 'alim hanabilah yang pertama menyusun matan fikih berdasar madzhab yang kemudian kitab beliau tersebut tersohor dengan sebutan " mukhtashor al Khiroqiy ". Beliau memberitahukan kepada hanabilah secara khusus dan kaum muslimin secara umum akan kitab beliau ini dimuqoddimah kitab tersebut :
" Aku meringkas kitab ini berdasar madzhab al Imam Abu Abdillah Ahmad bin Hambal rodhiyallohu 'anhu agar mudah bagi orang yang mempelajarinya . . . ".
Sepeninggal Abul Qosim rohimahulloh ditahun 334 H diDamaskus . . .
Maka Alloh menjadikan kitab tersebut sebagai mahalla qobulin diantara pengikut madzhab hanabilah dengan berderetnya ulama dulu hingga zaman ini untuk menumpahkan perhatian terhadap kitab tersebut dari antara syarh, catatan kaki hingga dinadzomkan dalam bentuk sya'ir, sampai - sampai 'Allamah Ibnu Badron al Hambaliy rohimahulloh didalam al Madkhol menyatakan ( h. 214 ) : " Belum terdapati sebuah kitabpun didalam madzhab yang ditujukan khidmah kepadanya sebanding dengan mukhtashor ini, belum pula ada satu kitabpun yang ditujukan perhatian sebesar perhatian terhadap kitab ini, sampai - sampai Ibnu Abdil Hadi dalam Ad Durorun Naqiy menatakan : berkata syaikh kami syaikh 'Izzudin al Mishriy : Aku hapal ada 300 syarh. Disebutkan dalam Al Maqshodul Arsyad bahwa Abu Ishaq Al Barmaki mengatakan : Jumlah masa'ilnya al Khiroqiy ada 2300. Kesimpulannya, bahwa ia adalah mukhtashor yang sangat indah dan tidak terdapati satu kitabpun yang tersohor dikalangan mutaqoddimin dibandingkan kitab ini ".
Diantara ulama yang mensyarh mukhtashor ini dan tercetak syarhnya tersebut adalah : Abu 'Ali bin al Banna' ( wafat 471 ), Ibnu Qudamah ( wafat 620 ) dalam kitab besarnya Al Mugniy, Muhammad Az Zarkasyi ( wafat 772 ), Yusuf bin Abdil Hadi ( wafat 909 ) dalam Ad Durorun Naqiynya dll rohimahumulloh .
Adapun dimasa ini ada hasyiyah atasnya yang ditulis oleh Asy Syaikh Muhammad bin Abdurrahman Aal Isma'il, juga syarh ringkas Kholid al Anshoriy. Dibuka pula halaqoh - halaqoh untuk mengkajinya dimasa ini diantaranya : halaqoh Asy Syaikh Sa'd bin Nashir Syatsriy dan halaqoh Asy Syaikh Abdul Karim al Khudzeir hafidzohumulloh . Semoga Alloh membalas 'Allamah al Khiroqiy dengan berlimpah kebaikan demikian halnya dengan para ulama hanabilah yang berkhidmah kepada umat dengan menyebarkan kitab mukhtashornya.

Penulis : Ust. Abu Unaisah Jabir

SALAFY MENGAIS HARTA DUNIAWI DIBAWAH PAYUNG HIZBIYYIN .......???

Berkata Syaikhul Islam Abu Utsman Isma’il bin Abdurrohman Ash Shobuniy rohimahulloh : “ dan mereka ( Ahlus Sunnah ) bersamaan dengan itu bersepakat untuk menaklukkan ahlul bid’ah, menghinakan mereka, membuat mereka sedih, menjauhkan mereka dari umat, mengucilkan mereka dan menjauh dari mereka, dari berkawan dan bergaul dengan mereka serta bertaqorrub kepada Alloh Azza wa Jalla dengan menjauhi dan memisahkan diri dari mereka ”.[ Aqidatus Salaf (89) ]
Perhatikanlah rohimakumulloh ! menjauhkan diri dari ahli bid’ah juga hizbiyyun adalah perkara yang disepakati dikalangan para imam Ahlus Sunnah, perkara ijma’ yang secara turun – temurun diwarisi diantara Ahlus Sunnah.
Berkata Ibnu Abi Zamanin rohimahulloh : “ Bab : Larangan bermajelis dengan para pengekor bid’ah serta apa yang mereka tetapkan. Berkata Muhammad ( Ibnu Abi Zamanin ) : Ahlus Sunnah senantiasa menyingkap aib para pengekor bid’ah yang menyesatkan, senantiasa melarang dari bermajelis dengan mereka . . .”.[ Ushulus Sunnah (224) ]
Inilah jalan Salafiyyun ! jalan yang dibangun diatas Al Qur’an dan As Sunnah.
Berfirman Alloh Azza wa Jalla :
{ ول 75; تركنوا إلى الذين ظلموا فتمسكم النارُ }
Terjemahannya : { Dan Jangan kalian condong kepada orang – orang yang dzolim sehingga dengan sebab itu kalian disentuh adzab neraka }. Hud : 113.
Sisi pendalilannya adalah sebagaimana dinyatakan oleh Al Qurthubiy rohimahulloh : “ Bahwa ayat ini menunjukkan atas hajr terhadap pelaku kekufuran dan maksiat yaitu dari kalangan ahlul bid’ah serta selain mereka, sebab sesungguhnya pada persahabatan dengan mereka adalah kekufuran atau kemaksiatan dikarenakan persahabatan itu tidaklah dibangun kecuali diatas kasih sayang ”. [ al Jami’ Liahkamil Qur’an atau Tafsir al Qurthubiy (9/108) ]
Faedah : hajr artinya seseorang memisahkan diri dari selainnya, baik dengan badannya atau dengan lisannya atau dengan hatinya. [ Mufrodatul Qur’an karya ar Roghib al Ashfahaniy rohimahulloh ].
Alloh juga berfirman :
{ وإذا رأيت الذين يخوضون في آياتنا فأعرض عنهم حتى يخوضوا في حديث غيره وإما ينسينك الشيطان فلا تقعد بعد الذكرى مع القوم الظالمين }
Terjemahannya : { Dan jika engkau melihat orang – orang yang tenggelam didalam memicarakan secara batil terhadap ayat – ayat Kami maka berpalinglah engkau dari mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lainnya, namun jika syaithon melalaikanmu sehingga kamu duduk dengan mereka lalu kamu tersadar maka jangan kamu duduk setelah kamu tersadar dengan orang – orang yang dzolim }. Al An’am : 68
Sisi pendalilannya adalah apa yang dinyatakan oleh al Imam ath Thobariy rohimahulloh : “ Didalam ayat ini terdapati dalil yang gamblang akan dilarangnya bermajelis dengan pelaku kebatilan dari kalangan ahli bid’ah . . .”. [ Jami’ul Bayan atau Tafsir Ibnu Jarir ath Thobariy (5 / 330 ) ]
Berkata as Suyuthiy rohimahulloh : “ { berpalinglah kamu dari mereka } artinya jangan kamu bermajelis dengan mereka ”. [ Tafsir Jalalain (118) ]
Berkata al Qurthubiy rohimahulloh : “ Jika telah tetap keabsahan perintah menjauhi para pelaku kemaksiatan sebagaimana yang telah kami jelaskan maka menjauhi ahlul bid’ah dan pengekor hawa nafsu adalah lebih utama untuk ditetapkan keabsahannya ”.[ al Jami’ Li Ahkamil Qur’an (5 / 418) ]
Adapun As Sunnah maka diantaranya adalah hadits Aisyah rodhiyallohu ‘anha bahwa Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam membaca ayat ke 7 dari surat Aali ‘Imron kemudian beliau bersabda (terjemahannya) : “ jika kalian melihat orang – orang yang mengikuti yang masih samar dari Al Qur’an berarti merekalah orang – orang yang telah Alloh sebut dalam ayat ini maka berhati – hatilah kalian dari mereka ”.[ Bukhoriy (4547) & Muslim (2665) ]
Sisi pendalilannya adalah sebagaimana yang dinyatakan oleh An Nawawiy rohimahulloh dalam menjelaskan hadits ini : “ Dalam hadits ini terdapat peringatan keras dari bergaul dan bercampur dengan orang yang menyimpang dan ahlul bid’ah serta siapa saja yang mengekor kepada perkara – perkara yang masih samar dalam rangka fitnah ”.[ Syarh Shohih Muslim ]
Renungkanlah rohimakumulloh ! maka seorang salafy yang bergabung dengan hizbiyyin dibawah payung bid’ah mereka dalam tujuan mengais harta duniawi adalah penyimpangan dari manhaj salafy sebab ia menyelisihi ijma’ ulama yang dibangun diatas Al Qur’an dan As Sunnah.
Adapun jika ada yang menetapkan bahwa hal itu bukanlah penyimpangan juga tidak membuat keluar pelakunya dari barisan salafiyyin selama masih berakidah salafiyyah dan mencintai salafiyyin, maka perhatikanlah nasehat Al Barbahariy berikut ini ;
Berkata Abu Muhammad al Barbahariy rohimahulloh : “ Maka perhatikanlah _rohimakumulloh_ setiap perkataan yang kamu dengar dari siapapun yang sezaman denganmu, jangan kamu terburu – buru mengikutinya, jangan pula kamu segera masuk kedalamnnya sedikitpun sehingga kamu bertanya – tanya dan kamu perhatikan ; apakah ada seorang saja dari sahabat Nabi atau seorang ulama yang telah menyatakan ucapan orang tersebut ? jika kamu dapati adanya ucapan dari mereka tentangnya maka pegangilah perkataan tersebut dan jangan kamu meninggalkannya sebab sesuatu alasan sehingga kamu tergelincir kepadalam neraka !”. [ Syarhus Sunnah (17) ]
Kemudian penjelasan Al ‘Allamah Sholih al Fauzan hafidzohulloh : “ manhaj adalah lebih umum dibandingkan akidah, manhaj terdapati dalam akidah, tata kesopanan, akhlak, mu’amalah dan didalam semua sisi kehidupan seorang muslim. Setiap langkah yang ditempuh seorang muslim disebut manhaj. Adapun akidah maka dimaksudkan dengannya dasar keimanan dan makna dua kalimat syahadat serta konsekwensi dari keduanya, inilah dia akidah ”.[ Al Ajwibah Al Mufidah (123) ]
Selanjutnya beliau hafidzohulloh gamblangkan : “ manhaj, jika ia benar maka pemiliknya akan menjadi termasuk ahli jannah, apabila ia bermanhaj dengan manhaj Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam serta manhaj as salafush sholih maka ia akan menjadi ahlil jannah insya’alloh. Namun apabila ia menjadi bermanhaj dengan manhaj yang sesat maka ia terancam adzab neraka, jadi kebenaran manhaj dan tidaknya itu berakibat kepada sorga dan neraka ”.[ Al Ajwibah Al Mufidah (125) lihat Shiyanah ]
Berkata Al ‘Allamah Zaid al Madkholiy hafidzohulloh : “ Manhaj as salafush sholih berikut pengikutnya tidaklah hanya terbatas pada pembahasan – pembahasan akidah namun ia adalah akidah dan amal sesuai makna yang diusung oleh kalimat amal, atas dasar ini maka Salafiyyah adalah akidah dan amal ”.[ Min Qowa’idid Dakwatis Salafiyyah no. 4 ].
Oleh karenanya ketika beliau ditanya : “ Kapankah seseorang menjadi hizbiy ? ” maka beliau hafidzohulloh menjawab : “ 1. dengan ia bergabung dengan kelompok tertentu yang memiliki manhaj yang khusus untuk kelompoknya yang menyelisihi manhaj as salafush sholih ahlul hadits wal atsar, seperti kelompok Ikhwanul Muslimin (IM) berikut sempalan – sempalannya juga kelompok Tabligh dan orang – orang yang lembek terhadap mereka. Dia membela kelompok tersebut, benar ataupun keliru. 2. dia bermajelis dan berjalan bersama salah satu dari kelompok – kelompok yang sudah aku sebutkan (yaitu kelompok – kelompok ahli bid’ah dari kalangan IM dan firqoh Tabligh) serta selain mereka dari orang – orang yang menyimpang dalam akidah dan amal baik mereka kelompok atau orang perorang, baik pimpinan ataupun pengekor ”.[ Al ‘Aqdul Mundhid pertanyaan no. 26 ]
Pada kitab yang sama disebutkan bahwa beliau hafidzohulloh menyatakan : “ Yang mesti untuk diketahui bahwa salafiyyah adalah akidah dan manhaj, dakwah dan amal. Maka akidah dan amal keduanya saling terkait, tiada akan terpisah salah satu dari yang lainnya, sehingga tidak mungkin untuk terwujud akidah yang benar secara sempurna dengan adanya penyimpangan dalam amal, dan begitu pula sebaliknya. Adalah sebuah kontradiksi bahkan merupakan pengelabuan jika seseorang mengaku mencocoki orang lain dalam akidah namun ia menyelisinya dalam manhaj dan amal atau mencocoki orang lain dalam manhaj dan amal namun menyelisihi akidahnya, ini adalah pencampur adukan dan ini adalah pengelabuan terhadap dirinya sendiri dan terhadap orang lain, ini juga sebab kesesatan orang yang menyimpang. Kesimpulannya adalah bahwa pemilik pemikiran dan jalan ini ia wajib untuk berlepas diri dari pemikirannya tersebut dan wajib untuk bersama para salaf dan orang – orang yang menempuh jalan salaf, mencocoki mereka didalam akidah, ibadah, mu’amalah, manhaj dakwah, manhaj amar ma’ruf wa nahi mungkar, manhaj loyalitas dan permusuhan, sikap terhadap penguasa dan didalam segala perkara dari perkara ilmu dan amal, kita mengajaknya kepada hal ini dan mengharuskannya dengan ini serta mengingatkan dia dari perbuatannya tersebut, kita memohonkan kepada Alloh perlindungan untuknya dari kegoncangan ini yang akan menelantarkan dirinya kepada perkara yang berbahaya lagi tiada manfaat. Wallohu a’lam ”.[ Al ‘Aqdul Mundhid jawaban no. 50 ]
Atas dasar ini maka waspadalah ! sebab : “ Barangsiapa yang bermajelis dengan ahli bid’ah berarti ia lebih berbahaya atas kami dibanding ahlil bid’ah ” dinyatakan tegas oleh Abdulloh bin ‘Aun rohimahulloh. [ al Ibanatul Kubro karya Ibnu Baththoh no. 486 lihat shiyanah ]
والله أعلم وصلى الله على محمد وعلى آله وسلم والحمد لله

Penulis : Ust. Abu Unaisah Jabir